2014/09/27

BALADA ORANG-ORANG SEPERTIKU

April & Sari
Iqbal & Dini
Rendy

Ini cerita tentang dunia malam, cerita tentang pub, cafe, diskotik, karaoke, dan tentu saja tentang panti pijat. Dan pelakon hidup dikisah ini tidak melulu mereka yang pekerjaannya  berkutat dibidang itu. Sebut saja Rendy, pria 27 tahun berprofesi sbg  Manager Stand sebuah Food Court ini.  Secara jujur dia mengaku diam-diam suka pergi kepanti pijat. Sebulan atau 2 bulan sekali saat dirasa tubuhnya sudah sangat loyo imbas dari pekerjaannya yang mengambil waktu sore hingga malam hari tersebut, mau tidak mau dia harus pandai curi waktu buat relaksasi diri. Memanjakan tubuhnya dengan pijatan-pijatan profesional dari ahlinya, kendati harus mengeluarkan biaya sedikit lebih mahal dari pijatan orang kampung umumnya. Tapi sepertinya itu tidak jadi soal karena ia sekaligus membeli sebuah gaya hidup didalamnya. Yah, seperti halnya orang ramai-ramai minum kopi dicafe branded, pijatpun tidak melulu harus dikamar sempit lalu tengkurap dikasur. Ruangan massage sekarang mewah dan lengkap seperti kamar pengantin baru. Plus para pemijatnya pun dipajang berderet diruangan kaca dengan tampilan yang menggoda. Kita tinggal tunjuk mau yang mana, lalu sang manager akan membawa orang yang kita tunjuk keruangan yang sudah kita booking. Dan rupanya Rendy tidak sembarang memilih panti pijat. Dia sudah punya tempat favorit dan sudah seperti langganan tetap ditempat tersebut. Sebuah bangunan mungil dekil tampak kotor dan sempit dari luar tapi luas didalam, dan agak menjorok ke gang sehingga papan namanya pun terhalang pilar pintu gerbang adalah pilihannya. Nirwana Massage dengan huruf 'age' mati lampunya sehingga dari jauh terbacanya cuma 'Nirwana Mass' saja. Tapi justru ditulisan yang tak terbaca sempurna itulah letak kekhususannya. Entah sengaja dimatikan atau emang rusak, Nirwana Mass ternyata massage  MFM alias Men For Men, ups! (Dalam bahasa jawa 'Mas' = laki-laki). Kata Rendy, tukang pijatnya disitu seumuran dia, berbadan sekel dan sangat ahli memijat. Ketika aku tanya pijatan apa saja yang bisa mereka lakukan, Rendy bilang all massage. Dari pijat relaksasi, patah tulang, pijat lulur, Thai massage, tantra, hingga pijat plus-plus pun jadi. Tapi untuk yang terakhir tarifnya agak mahal antara 150-300 ribu sekali pijat. Maklum ada service khususnya. Ah, anda pasti sudah dapat menebak lah kemana arahnya. Rendy masih lajang, dan dari sepanjang kami ngobrol tidak tampak sedikitpun kalau dia penyuka sesama jenis. Cara jalannya, bicaranya, semua gerak geriknya cowok tulen, malah terkesan cuek, cuma emang penampilannya rapi, kemeja coklat digulung sesiku, gesper kulit membalut celana blue jeans pudar dengan sepatu kulit warna secoklat kemejanya dan rambutnya yang acakadul tapi stylist. Dan sebelum kami berpisah dipintu masuk, seorang cowok Chinnes tampak melambaikan tangannya pada Rendy dari dalam. Rendy pun kasih kode pamit untuk meninggalkanku. Sebelum aku pergi, samar-samar dari kaca gelap yang terpasang aku melihat ada beberapa cowok muda good looking sedang duduk berderet disofa panjang. Mereka tampak sibuk bercengkrama. Aku jadi bertanya-tanya, apakah Rendy memakai layanan pijat plus-plus? Cuma dia yang tahu, hehehe...

Lain Rendy lain cerita pasangan suami istri Iqbal & Dini. Iqbal berprofesi sebagai tentara yang bertugas disebuah koramil di Tanjung Pinang, sedang istrinya ibu rumah tangga biasa. Mereka mempunyai seorang anak balita yang ditinggal dirumah bersama neneknya. Kedatangan mereka sendiri ke Batam untuk belanja bebek import dari pemasok langganan mereka untuk seorang pamannya yang berjualan bebek goreng di Tanjung Pinang. Dan tiap ke Batam mereka pasti menginap satu malam disebuah hotel milik kolega Iqbal. Namanya hotel 'H' letaknya ada disebuah perbukitan yang rimbun. Hotel H ini punya standar fasilitas bintang 3 dengan karaoke & bar didalamnya. Diskotiknya kecil tapi cukup privat dan nyaman. Pengunjungnya juga tidak penuh sesak seperti diskotik-diskotik di Medan/Jakarta. Kebiasaan mereka pergi kedisko ternyata sudah dilakukan mereka sejak masih pacaran dulu di Medan. Oh, iya, keduanya berasal dari Medan. Lalu aku tanya apa di Tanjung Pinang nggak ada tempat dugem? Dini langsung menyahut cepat, katanya banyak, tapi mereka jaga nama baik mereka dimata tetangga dan lingkungan sekitar. Emang benar sih, saat kami jumpa dilobi hotel sore tadi Dini masih pakai jilbab, begitu masuk bar penampilannya sudah beda. Jadi kalau mereka lagi kangen pingin dugem ya pelariannya ke Batam biar aman. Toh, perginya ke Batam karena ada urusan lain juga, jadi istilahnya sekali mendayung 2 3 pulau terlampaui, atau sekali menyelam minum air  ya? Mana yang cocok lah, hahaha...kata Dini yang mendominask pembicaraan dibanding suaminya yang sepertinya jaim. Tapi dari pengakuan mereka, katanya sih tiap dugem tidak pernah minum atau nginek, apalagi nyabu, haram hukumnya. Masa, sich...???

Cerita yang lain lagi datang dari April dan Sari. Keduanya adalah Waitress  disebuah rumah makan dan keduanya mengaku sama-sama janda beranak satu. Yang membuat mereka kompak antara lain karena sama-sama berasal dari Sumedang Jawa Barat. Urang Sunda, eiy? Mendengar kisah hidup mereka sebenarnya agak trenyuh. April yang agak tomboy gaya jalannya ternyata punya inisial R didepan namanya (kalau di Jawa R itu identik dengan Raden/Roro). Tapi dia menyimpan rapat asal usul darah birunya itu mengingat hidup dan pekerjaannya yang tak sesuai cita-citanya dulu. Datang ke Batam karena  diperbantukan sebagai tenaga pemasaran oleh perusahaan tempatnya kerja di Jakarta, April ternyata kecantol dan menikah sama pria lokal sehingga menetaplah ia di Batam ini. Diusia pernikahan ke-6 nya datang konflik penghasilan yang menyebabkan suaminya pergi meninggalkannya. Maklum saat itu penghasilan April sudah sekelas Asmen. Lalu tinggallah dia dengan anak perempuan semata wayangnya dirumahnya yang dibangun hasil patungan dia dan mantan suaminya itu. Semakin tinggi jabatan semakin besar tanggung jawab semakin besar pula target penjualan. April tidak sanggup menghadapi tekanan itu akhirnya diapun berhenti dari kerjaannya. Dengan pikiran lugu bagaimana mencari uang dengan kerja ringan tapi hasil memuaskan dan hati selalu gembira maka jadilah dia waitress cafe seperti sekarang ini. Menjadi waitress minuman keras kelebihannya uang tipsnya banyak, kalau lagi ramai pengunjung bisa dapat 300 ribu semalam. Apalagi jika mendapat tamu yang royal dan tidak pelit, uang kembalian berapapun selalu masuk kekantong pribadinya. Belum lagi bisa ikut minum dan makan enak gratis dengan tamunya tersebut. Maka April sangat menjaga hubungan baik dengan para pelanggannya tersebut agar mereka tidak beralih ke waitress lain. Sementara Sari tak jauh beda kisahnya dengan April. Kedatangannya ke Batam karena ditipu agen penyalur kerja. Dijanjikan kerja di Malaysia nggak tahunya diwarung makan jawa pinggir jalan. 3 tahun dia jadi pelayan sampai akhirnya dinikahi pemilik warung dan diberkahi seorang anak cowok yang ganteng. Saat usaha warung makannya sedang maju pesat tiba-tiba datang seorang perempuan yang mengaku istri tua suaminya. Terjadilah keributan besar yang intinya suaminya diajak istri tuanya pulang ke Jawa. Dengan sedikit uang pemberian suaminya dan warisan warung makan, Sari mencoba untuk mengelola semuanya sendiri. Tapi ternyata nggak bertahan lama. Setahun kemudian modal habis sehingga usaha warung nasinya gulung tikar. Ada sedikit pencerahan ketika seorang mantan pelayannya mengenalkan dia dengan boss ditempat kerjanya yang baru. Pengusaha bunga papan asal Semarang itu bersimpati dengan nasib Sari dan mau mengajaknya menikah. Tapi proses yang terburu-buru membuat Sari mundur. Sepertinya dia trauma dengan pria asal jawa. Akhirnya sebagai siasat demi mencukupi keperluan hidup anaknya yang semakin besar, Sari banting stir menerima kerja jadi waitress dicafe yang sama dengan April. Dengan pakaian seksi dan harus selalu mengumbar senyum pada tamu-tamunya, Sari menggantungkan hidupnya dari uang tips permalamnya untuk kebutuhan harian sedang gaji bulanan yang tidak seberapa banyak ia tabung untuk masa depan anaknya. Prinsipnya, selama tidak menjual diri ia anggap persenan, uang tips, dan makan & minuman gratis yang ia dapat cuma-cuma dari tamu-tamunya semua adalah halal karena Tuhan yang memberikan jalan itu untuknya. Tapi baik April maupun Sari keduanya mengakui bahwa sekarang mereka sudah mempunyai calon pendamping hidup yang kelak jika berjodoh maunya mereka bisa membawa keduanya keluar dari kehidupan malam yang penuh basa-basi dan godaan syetan itu. Semoga, amiin...

Demikian 3 kisah malam yang tepat selesai kutulis pada pukul 02.33 dini hari ini. Semoga bisa diambil pelajarannya. Intinya apapun hidup Anda sekarang ini jalani saja dengan ikhlas dan terus berdoa. Karena roda itu berputar, tinggal menunggu saja perubahannya. Perputarannya cepat atau lambat serahkan semuanya pada Tuhan Sang Pemberi Kuasa untuk hidup. Tetap yakinlah kelak langit kembali biru untuk kalian.

Tanjung Balai Karimun, 27 September 2014, ketika air laut masih pasang...
Oleh : Pitoyo Yopieth, http://nge-lifestyle.com/pitoyoyopieth013.blogspot.com







Posted via Blogaway

Tidak ada komentar: