2014/10/24

HIGHLY ATTRACTED HIJABER'S / KESENGSEM HIJABER'S

Dian Pelangi : Fashion Designer Indonesia
Evie Mona & She's Gangs
Erika Silviani : Ibu RT, Online Shoper's, Jakarta
Evie Mona : Model, Yogyakarta
Arina Herdiansyah : Karyawati, Semarang

Kesengsem para pemakai hijab, begitu kira-kira judul artikel diatas menurut interpretasi saya. Habis susah mencari arti "kesengsem" dikamus Bahasa Inggris. Dan orang yang berhijab biasanya mereka sudah sangat sadar dan tahu arti dari apa yang dipakainya tersebut. Ini berkenaan dengan panggilan jiwa yang disebut hidayah dimana berhijab itu merupakan kewajiban perempuan muslimah dan sudah diatur dalam kitab suci Al-Quran. Tapi memang belum semua perempuan muslim berhijab karena untuk memakainya secara permanen dibutuhkan adanya kesadaran diri dan komitmen kuat ditambah adanya moment tertentu, peristiwa batin yang menyadarkan diri secara rohani yang disebut hidayah. Dan hidayah itu datangnya hanya dari Allah SWT. Tapi saya tidak akan membahas hijab berkaitan degan agama dan spiritualitas seseorang, melainkan hijab dari sudut fashion saja. Dan hijab sekarang sudah sangat berkembang pesat dalam tampilannya baik dari segi model, warna, corak, juga cara pemakaian kerudungnya yang sudah sangat berubah. Tidak seperti jaman emak kita dulu yang serba sederhana dan monoton. Tapi justru kepada emak-emak kita itulah seharusnya penghargaan tertinggi diberikan. Berkat songkok/jilbab sederhana mereka sekarang menjadi trend fashion yang begitu menginspirasi banyak orang. Saya ingat betul, bagaimana Emak saya jika dirumah dengan dasternya yang sederhana tiap keluar rumah selalu tidak lupa memakai songkok rajut hasil beli dipasar tradisional. Atau kalau lagi kepepet, taplak meja pun bisa berubah menjadi jilbab cukup bermodal peniti saja, hehehe...

Ngomongin "hijaber's", berikut beberapa orang yang cara pemakaian hijabnya sangat  mempengaruhi perempuan muslimah lain untuk meniru gaya busananya. Sebut saja Dian Pelangi, Fashion Designer kenamaan Indonesia ini begitu terkenal dengan karya hijabnya yang penuh warna seperti namanya. Warna-warna cerah yang bertabrakan pemakaiannya, belum lagi modelnya yang up-to date, ternyata begitu indah dilihat mata yang memandang. Ditambah lagi latar belakang fotonya yang selalu mengambil tempat-tempat historis menjadikan hijab yang dikenakannya terlihat elegan & mewah. Tidak salah jika Dian Pelangi menjadi 'trend setter' terdepan dalam berhijab. Dan Full Colour adalah konsepnya.

Saya juga mempunyai seorang teman SMP yang dari jaman remaja hingga sekarang konsisten dengan profesinya sebagai model. Bedanya jika dulu fashion untuk berbagai model baju glamour seksi, sekarang dengan bertambahnya usia dan statusnya sebagai seorang ibu 4 anak, beralih dan konsisten memeragakan busana hijab baik dalam acara fashion yang diikutinya atau dalam kehidupan sehari-harinya pun tetap modis berhijab. Namanya Evi Noviatun atau lebih dikenal dengan nama panggung Evi Mona (Mona diambil dari salah satu nama anaknya). Dia salah satu model terkenal di Yogyakarta. Sering membawakan karya-karya terbaru designer dari kota budaya tersebut. Dan dilihat dari busana hijab kesehariannya, sepertinya mengambil konsep yang sama seperti Dian Pelangi yaitu suka yang glamour, full colour, bertabrakan, tapi tetap terlihat elegan & trendy.

Berikutnya ada Erika Silviani dari Jakarta. Walaupun sosoknya tinggi dan langsing, tapi ibu berputra 3 ini kurang suka dengan dunia modelling. Dia lebih suka menjadi ibu rumah tangga biasa mengurus ketiga buah hatinya dengan total. Namun begitu, bukan berarti untuk urusan penampilan terabaikan? Mengambil konsep hijab konvensional, dia lebih bermain diwarna-warna terang. Model jilbabnya juga dipakai sebagian besar ibu-ibu diperkotaan yang tidak terlalu ribet pemakaiannya, dengan model klasik tapi tetap terlihat modis. "Yang penting nyaman makainya", begitu katanya. Tapi bukan berarti dia tutup mata dengan fashion keluaran terbaru. Hanya saja dia hanya akan mengikuti yang dirasanya cocok saja dengan kepribadiannya yang sedikit tomboy itu. Bagus tapi kalau tidak sesuai tentu akan dia tinggalkan.

Yang terakhir ada Arina Herdiansyah dari Semarang. Pegawai bank yang suka makan sambal ini terlihat modis dalam busana hijab kesehariannya. Mungkin sepertinya dia terinspirasi dari Dian Pelangi, cuma kurang berani main diwarna. Lingkungan kerja jelas mempengaruhi selera warna busananya hingga hampir semua koleksi hijabnya berwarna lembut seperti toska, krem, dan warna-warna campuran lainnya. Walaupun begitu kesan glamour & modis masih sangat terasa, apalagi ditambah kulitnya yang putih bersih, model hijab seperti apapun bentuknya terlihat indah melekat ditubuhnya.

Kesimpulannya, warna suatu bahan sangat mempengaruhi model suatu busana. Maksudnya sih, mau modelnya sederhana asal warnanya 'ngejreng' pasti tetap terlihat modis. Apalagi kalau pandai memadu padankan busana, ditambah sedikit assesories pendukung, wah, sempurna sudah penampilan tersebut. Begitulah Para Hijaber's mengekspresikan dirinya dengan busana-busana hijab yang menjadi pilihannya. Semoga artikel ini dapat menginspirasi muslimah lain untuk tidak takut berbusana muslimah dengan beragam model yang semakin berfariasi. Tapi ingat, jangan terjebak dan masuk pada kategori "Jilbob's" ya?

Batam, 25 Oktober 2014

(Turut berduka cita atas berpulangnya Gayatri Wailissa, pelajar berprestasi dari Ambon-Maluku yang menguasai 14 bahasa asing kemarin. Semoga amal ibadahmu diterima Allah SWT, dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberikan keikhlasan & ketabahan, amin)


Posted via Blogaway

2014/10/20

MAU CURHAT, SINI SAMA OM...?

Lagi-lagi saya dapat cerita ini dari sebuah cafe. Tempat orang-orang menghabiskan waktu santainya dengan makan-makan atau sekedar minum-minum sambil bersosialisasi dengan teman, pacar, atau sejawatnya. Dan sebenarnya orang datang ke cafe itu untuk happy-happy, melepas penat & refreshing setelah seharian sibuk dengan pekerjaan. Tapi justru ditempat seperti inilah sebenarnya muara berbagai macam problema hidup menemukan eksistensinya. Dari ratusan pengunjung yang datang silih berganti mereka membawa masalahnya sendiri-sendiri untuk kemudian disharingkan dengan teman, pacar, sahabat,  atau orang-orang yang mereka anggap bisa dipercaya untuk menyimpan rahasia cerita hidup mereka. Perkara nanti menemukan solusinya atau tidak, itu urusan belakangan. Yang penting uneg-uneg dulu dikeluarin biar hati jadi plong.

Tommy Pras, awalnya saya kenal sebagai pengunjung cafe yang rutin datang untuk sekedar minum-minum bersama 2 rekan karibnya. Mereka selalu mengambil tempat duduk yang sama disudut kiri depan dekat kasir dimana lampu menyala terang benderang. Fisiknya yang khas dengan rambut cepak agak memutih, kulit putih bersih, mata agak sipit, perut sedikit buncit, serta senyumnya yang ramah, jadi penanda siapa dirinya. Suaranya yang lembut tapi tegas menandakan jika dia sudah cukup makan asam garam kehidupan. Tiap kata-katanya terdengar bijaksana walaupun itu sekedar sapaan basa basi. Dan yang menjadi trade mark penampilannya dia selalu mengenakan kemeja motif garis-garis atau kotak-kotak. Mungkin sesuai dengan jiwanya yang pandai mengkotakkan masalah pada takaran porsinya. Kelebihan satu lagi yang dimiliki pria berumur 55 tahun ini, ternyata dia pandai meramal! Woow, kereeen...! Pembawaannya yang kalem dan bijak itulah yang membuat orang suka ngobrol lama-lama dengannya. Apalagi cewek-cewek SPG & Waitress mereka seringkali curhat, minta diramal, dicarikan solusi tentang masa depan hidup dan asmaranya. Saya sendiri yang baru beberapa kali datang ke cafe ini sudah cukup akrab dan merasa nyaman tiap diajaknya bicara.

Sore ini, Om Tom (orang-orang biasa memanggilnya begitu) datang lebih awal dari biasanya dan seorang diri. Ketika ditanya mana 2 teman karibnya dia bilang sedang ada kerjaan di Singapura. Batam - Singapura jaraknya memang cukup dekat, dan Om Tom cs adalah seorang businessman, jadi saya percaya saja. "Yuk, kemeja saya?", kata Om Tom. Saya bertanya untuk apa. Lalu dia mengangkat pulpen & gadgednya. Ow, rupanya Om Tom mau meramal saya. Agak ragu saya mengikuti langkahnya kemeja kebesarannya tersebut. "Tapi jangan asmara ya, Om, karier saja," kataku mulai ngeri dengar yang namanya 'ramalan'. "Semuanya...", jawab Om Tom sambil mengulum senyum. Saya duduk tepat dihadapannya. Om Tom membuka tabletnya dan memilih aplikasi bertuliskan huruf mandarin, lalu muncullah gambar (seperti bulatan anagram) dengan garis-garis dan kotak-kotak acak. Dia meminta bulan, tahun, dan tanggal lahir saya. Setelah itu dia mencoret-coretkan pulpennya diselembar sobekan kertas sambil menghitung-hitung. Gerakkannya sangat cepat hingga susah diikuti cara perhitungannya. Tidak berapa lama keluar hasilnya. Deretan angka acak antara 3-7 yang katanya angka kecil. Intinya, katanya saya type orang yang setia, royal, suka mengatur, tapi tidak bisa menyimpan uang dalam jumlah banyak dalam waktu lama. Ow! Saya jadi mikir, ada benarnya juga sih? Dan solusinya, saya disuruh mengekang nafsu belanja saya, buang kartu kredit, hidup irit, dan ganti simpanan bank saya menjadi yang tidak pakai kartu ATM, alias buku tabungan saja. Hhmmm...

Saya tidak bisa menanyakan lebih lanjut perihal ramalan saya, karena seorang SPG (minuman keras) tanpa baju seragamnya mendatangi kami dengan muka pucat seperti kurang tidur. Saya agak terkejut manakala tahu cewek itu adalah Sofie mengingat wajahnya yang polos tanpa riasan. Dia menaruh tas dan sepatu high-heelsnya dikursi, lalu mengambil sebatang rokok milikku yang saya taruh diatas meja dan menyalakannya.

     "Om, aku baru berantem sama lakiku. Aku minta dicerai saja daripada kerja ngidupin dia tapi dianya malah selingkuh! Kimak emang tu orang...!" Om Tommy  senyum-senyum mendengarkan curahan hati emosional perempuan beranak satu itu.

     "Umur kamu berapa sekarang, umur suamimu berapa?", "Aku 31, lakiku 27". "Terus anak kamu anak siapa?", Sofie mikir sebelum menjawab, "Itu anakku, dari suami pertama, ngambil dari orang sich, tapi udah sidang, jadi udah sah". Om Tommy menyuruh Sofie untuk merem sambil menghirup & mengeluarkan nafasnya dengan pelan 3 kali. Dia tidak membuka bulatan anagramnya, melainkan memegang telapak tangan kanan Sofie.

     "Kamu yang 7 tahun nikah tanpa anak itu kan, ya? Hmmm, kalian sama aja. Dia suami kedua buat kamu, sementara kamu juga istri kedua buat dia. Sebentar, jangan disela, biarkan saya menjelaskan. Dia tidak selingkuh, tapi kembali keistri pertamanya. Istri pertamanya sekarang sukses dan ingin kembali karena anak. Mereka belum resmi cerai, hanya pisah saja. Tapi sepertinya dia nggak mau cerai dari kamu."

     "Ya, iyalah...mau numpang makan kesiapa dia kalau cerai dari aku!"
    
     "Makanya jangan cari brondong, kamu sih, demennya sama brondong aja?" Selaku dan dibalas Sofie dengan senyuman getir.

     "Jadi gimana solusinya ni, Om?" Kata Sofie

     Om Tom mencatat sesuatu dikertas sisa ramalanku.

     "Jaga sikap, ngomong baik-baik, cari titik temunya dimana lalu buat kesepakatan baru. Siapa yang melanggar tanggung sendiri konsekuensinya. Sudah saatnya cari yang matang dan berpenghasilan tetap. Jangan turuti ego untuk ngejar kepuasan saja. Tapi masa depan hubungan itu yang utama. Apalagi kamu ada anak."

     Sofie merenung lama sambil tak henti-hentinya mengepulkan asap rokok. Akhirnya dia mengambil rokok ketigaku sebelum buru-buru pergi ketoilet untuk berganti seragam kerja. Dan muncul lagi seperti Sofie yang saya kenal, yang cantik, lincah, dengan mata berbinar karena softlense dan bulu mata lentik palsunya. Bibirnya yang merekah seprofokatif rok mini jeans yang dipakainya. Dia kembali kemeja kami sambil merangkul pundak Om Tom. "Makasih ya, Om." Lalu  berlalu pergi untuk menemani tamu-tamunya yang menjelang malam semakin banyak berdatangan. Om Tom menutup anagramnya dan menyeruput jus melon yang tadi dipesannya. Dia menatap saya sambil mengangkat pundak dan tangannya. "Iseng-iseng aja, buat senang-senang, daripada suntuk." Katanya perihal keahliannya membaca telapak tangan dan anagram. Saat saya tanya kenapa tidak membuka praktek saja dia menggeleng cepat. "Oh, tidak, saya tidak yang seperti itu. Ini bukan bawaan, tapi hasil dari belajar otodidak. Kerjaan saya sudah cukup menyita waktu saya."

Dan rupanya menjadi tempat curhat cewek-cewek cantik & seksi punya keasikan tersendiri bagi Om Tom. Dia merasa jiwanya selalu ceria, muda, dan bahagia. Perkara solusinya berpengaruh baik atau buruk bagi si pencurhat, dia tak perduli. Karena menurutnya, orang-orang yang curhat kepadanya sebenarnya sudah tahu dan punya solusi sendiri dari problema hidupnya masing-masing, hanya saja mereka butuh penguatan lebih dari seseorang yang mau mendengar curhatan tersebut. Dan Om Tom berdiri tepat disitu sebagai penopangnya. Goodluck, Om Tom...!

Batam, 19 Oktober 2014
(Disela-sela nonton kirab rakyat dipelantikan Presiden ke-7 RI Jokowi & JK. Congrats ya, Pak?



Posted via Blogaway

2014/10/18

Susahnya Jadi Model Telanjang Pria

Berbagi video——YouTube http://m.youtube.com/watch?v=1Q7BNaF833Y ——oleh @UC Browser
Posted via Blogaway

2014/10/11

Tribute To UTHA LIKUMAHUA "Untuk Apa Lagi"

"UNTUK APA LAGI" mp4: http://youtu.be/bYq-4Vx-2jA.
Lagu ini pernah saya nyanyikan diajang Bahana Suara Pelajar 1 (BSP) tahun 1993. Saat itu saya masih berstatus pelajar kelas 3 SMP Negeri 1 Purbalingga, Jawa Tengah. Saya mewakili Kabupaten Purbalingga untuk mengikuti ajang yang sama tingkat propinsi di Semarang, setelah berhasil menjadi juara 1 tingkat pelajar sekabupaten. Jadi jelas lagu ini sangat berkesan bagi saya karena kenangan lama tersebut. Kenangan masa sekolah yang sangat langka & membahagiakan karena untuk lolos diajang lomba nyanyi yang digagas Mbak Siti Hardianti Rukmana (Putri Presiden Soeharto) melalui program acara televisinya / Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang saat itu baru mengudara, tidaklah mudah dan prestisius bagi pelajar seluruh Indonesia. Saya 2 kali lolos ketingkat propinsi pada tahun 1993 & 1994. Walau dikedua ajang tersebut saya kalah, tapi saya tidaklah kecewa. Justru ajang itu menjadi pengalaman berharga untuk mengasah tekhnik vokal menjadi lebih baik lagi. Terbukti, setelah mengikuti ajang itu, undangan nyanyi berdatangan dari berbagai instansi. 3 tahun berturut-turut saya rutin mengisi acara dipendopo Kabupaten Purbalingga, nyanyi didepan Bapak Bupati & pejabat terkait. Diundang nyanyi diacara-acara sekolah, bazar, ultah, bahkan rumah makan "Pring Sewu" Purwokerto jadi langganan. Restoran yang terletak dikaki Gunung Slamet  tepatnya dikomplek wisata Baturaden itu rutin mengundang saya untuk pentas disana. Wah, pokoknya saat itu saya pernah mencicipi sibuknya jadi artis lokal deh, hehehe...

Oh, iya...jika kembali mengingat jaman itu, saya jadi ingat penyanyi ROSSA & NIA PARAMITHA. Mereka jebolan ajang yang sama dengan saya. Bedanya, mereka mewakili propinsi mereka dan menjadi pemenang tingkat nasional di Jakarta. Lalu dikontrak label terkenal dan hokinya bagus, jadi bisa sukses meraih mimpinya untuk rekaman di Jakarta. Kalau saya mah, jauh panggang dari api, terkenal sebentar dikota sendiri sudah anugerah tak terhingga rasanya. Tapi ada satu keuntungan yang tak terbantahkan, saya menjadi punya banyak teman disetiap kabupaten se-Jawa Tengah. Daniel Christianto mewakili Solo, Bambang Widjanarko mewakili Semarang, Gunawan Setyadi dari Kebumen, Mentari Legawati dari Purworejo, Rini Tomboy dari Blora, Happy Rusdiawati dari Klaten, Ignatius  Dwi Rahardjo dari, ah...saya sampai lupa menyebut satu-persatu asal daerahnya. Mereka adalah teman seperjuangan diajang itu dan sama-sama dikarantina selama seminggu disebuah hotel dekat Simpang 5 Semarang (lupa, ih, nama hotelnya), dan sempat lama menjadi sahabat pena juga, kita kirim-kiriman kabar lewat surat atau kartu post, hehehe...maklum jaman itu belum ada hape apalagi sosmed seperti sekarang. Entah bagaimana kabar mereka sekarang. Satu-satunya teman yang sempat ketemu di facebook cuma Mentari Legawati yang sekarang menetap di Cilegon-Jawa Barat mengikuti suaminya dan sudah mempunyai 2 anak manis. Bahkan Rini Puspita Arum teman duet berasal dari daerah yang sama denganku pun kehilangan jejaknya hingga sekarang. Penyebabnya karena setelah lulus SMA saya memutuskan untuk merantau ke Jakarta dan kuliah disana. Tapi dari kabar angin yang saya de gar, dia menikah dengan penyiar radio bernama Alfin yang tak lain sahabat saya sendiri. Selamat deh, buat kalian berdua.

Kembali kesosok Utha Likumahua beliau merupakan salah satu penyanyi papan atas dieranya. Lagu-lagunya yang dinamis seperti "Puncak Asmara" & "Untuk Apa Lagi" serta duet abadinya dengan Trie Utami dilagu "Mungkinkah Terjadi" adalah beberapa lagunya yang pernah sangat hit diera 80-90 an. Suaranya yang khas ditambah nada-nada lagunya yang sulit ditirukan sangat cocok bila dipilih sebagai lagu wajib pria diajang lomba nyanyi. Untungnya buat saya tiap nyanyi lagu beliau kunci nadanya selalu sama, tidak diturunkan atau dinaikkan. Jadi memang sangat pas dengan karakter suara saya. Dan beberapa bulan lalu kebetulan saya diajak teman kesebuah tempat karaoke keluarga setelah sekian lamanya tidak menyanyi. Saking exited saya nyanyikan beberapa lagu lama favorit saya dulu. Salah satunya milik Bung Utha yaitu Untuk Apa Lagi ini. Eh, ternyata dibagian reffrain suara saya masih kuat menjangkau nada tinggi itu. Cuma bedanya, dulu lengkingan suara saya disertai fibra sehingga kedengarannya menggelegar gitu. Tapi sekarang boro-boro punya fibra, asal tidak fals saja sudah untung, hehehe...

Demikian rasa bangga saya pada sosok legendaris Utha Likumahua yang lagu-lagunya cukup enak didengar telinga kendati susah untuk diikuti. Kini Engkau telah pergi, berpulang kepangkuan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tapi sosok & lagu-lagumu tetap dihati. Selamat jalan Sang Maestro, smoga Tuhan menerima semua amal baikmu selama didunia dan memaafkan segala kesalahanmu. Amiiin...

Batam, 12 September 2014
Penulis : Pitoyo Yopieth


Posted via Blogaway

2014/10/07

PUISI UNTUK LELAKI

LUKA LAKI-LAKI

Kamu perempuan yang tak bisa pegang janji
Sore kau bilang iya, malam kau bilang tidak
Aku menunggu dengan paha terbuka,
Mengharap liurmu...
Setetes pun pelit kau beri

By: Gue

PERANG DI SUDUT REMANG

Tak terpandang lagi raut ayumu
Kecipak campak mengaduh terperih ditrotoar basah
Kau ini siapa? Kau sedang apa?
Tarikkan kukumu memelorotkan sarungku
Nyaris bugil kuraih semak menghindar bayangan angin
Tapi dadamu menghimpit sesak nafasku
Bibirmu sekeras kertas tak bertinta
Biadab...!
Aku ini ayahmu? Ayu?
Bukan bajingan malam perampok kehormatan batang gadis
Kudepak tubuh alkoholmu, kau piting lengan leherku
Aku terkunci, mati
Dibawah tubuhmu nafasku membeku
Tak terlawan sudah dara putihku
Kau perkosa aku, ayahmu
Getir liur meranggas rongga otak
Tangisi biadab yg tega membuatmu begitu membenci pria
Kapan ada saat kan ku tebas kebengisannya
Demi kamu aku rela mati dikehinaanku
Ayuku sayang, Ayuku malang

By: Gue

PALSU

Bibir  merekah semerah darah
Membuncit dadamu tergerai rambut remuk printil jagung
Jentikkan jari dipusat bongkahan silikon
Rok mini kulit sembulkan tarikan lemak yang kian kencang
Langkah genit tulalit merayu bujang-bujang tua perlente kawe
Hisap rokoknya, juragan?
Manjamu kedip-kedip munafik
Lalu berangkulan menghilang dibalik semak
Setengah linglung kusapa bapak botak yang telah habis rokoknya
Lunglai lemas mata mendelik
Kernyitnya berbisik curiga "palsu" bisiknya
Dan perempuan jagung itu muncul dengan dada menghilang lupa tak berkutang
"Maaf, salah sambung" ucapku tanpa dadah lagi
Elegi pria-pria bersandiwara wanita, pendusta!

By: Gue


SHOPPING CENTRE

Kamu, yah, kamu, kamu, kamu...
Tanggalkan bajumu dan perlihatkan kemaluanmu
Ada cupang disekujur tubuhmu
Mandi marah mandi darah
Drakula tersesat berlabuh diwajahku
Semalam ini berkeliaran menduyun disudut lampu jalan
Menunggu datangnya rejeki hepi-hepi
Muda lincah rupawan berkipas uang panas
Dibalik deretan sedan mengkilap transaksi berpacu waktu
"Ayo, Bang, keburu pagi nanti diburu bini" desahmu merayu
Mereka terkotak dalam ragu
Yang tak cocok pergi yang ngeklik merapat kesedan goyang
Sebagian tersembunyi dikasur-kasur pesing hotel transit
Hidupkan kegalauan malam mencekam dua sisi hati
Membayar, dibayar, menindih, tertiduri, mengerang, diserang
Mati sudah harga diri

By: Gue



Makasih udah baca puisi-puisi Gue. Dilarang mengkopi & menyebarkannya tanpa seijin Gue. Ijin bisa dilakukan via comment atau add twitter Gue @yopieth_pitoyo, inbox facebook : Pitoyo Yopieth, Pin BB 7eaeb343, Email: pitoyoyopieth013@gmail.com




                        


Posted via Blogaway