2017/01/02

KULINER UNIK

ABON IKAN TONGKOL

Umumnya Abon terbuat dari daging sapi yang diolah sedemikian rupa (oleh ahlinya) hingga menjadi lauk yang sangat lezat dan digemari semua orang terutama anak kecil sebagai makanan pendamping nasi. Tapi tahukah Anda, tidak hanya daging sapi yang bisa dijadikan abon, daging ayam Juga bisa. Nah, yang ini beda. Saya menawarkan Daging Tongkol sebagai bahan pembuat abon. Mau tahu cara membuatnya?


*BAHAN-BAHAN

500 gr daging ikan tongkol segar
1 batang serai
2 lembar daun salam
1 sendok teh air asam jawa
2 sendok makan minyak goreng
75 ml santan dari 1/4 butir kelapa


*BUMBU HALUS

2 buah cabai merah
5 butir bawang merah
3 siung bawang putih
3 butir kemiri
2 cm lengkuas
1 sendok teh gula jawa
2 sendok teh garam
2 sendok teh ketumbar
1 sendok teh gula pasir
1/2 sendok teh merica


*CARA MEMBUAT

1. Kukus ikan tongkol 30 menit.
2. Suwir-suwir dagingnya sambil dibuang
    durinya
3. Tumis bumbu halus, serai dan daun
    salam sampai harum, tambahkan
    daging ikan tongkol lalu diaduk rata.
4. Tuangkan santan sambil diaduk.
5. Tambahkan air asam, lalu aduk
    sampai kering dan bumbu meresap.

NB.
Setelah abon matang dan dingin dapat disimpan didalam toples, tutup rapat supaya tahan lama.

Demikian cara praktis membuat Abon Daging Tongkol. Selamat mencoba.


2014/12/24

SIAPA BILANG APLIKASI EDIT INSTAN MURAHAN?

Frame / Bingkai
Distorsi / Mirror
Blemish (perhatikan dua wajah ini)
Comic
Sticker & Text
HI-Def / Enhance
Crop & Sticker
Papper Art
Frame & Effec Fisual
Pengaturan Cahaya
Papper Art
Focus

Saya bukanlah seorang 'Fotografer', untuk itu saya tidak tahu bagaimana cara atau teknik mengambil foto yang benar, yang sesuai kaidah jurnalistik atau yang bernilai jual tinggi. Yang saya tahu jika objek yang difoto sudah berada tepat ditengah kamera dan gerakan jari saat memencet tombol on/off tidak goyang, pasti hasil fotonya akan bagus dan tidak blur. Oh, iya, satu lagi, saat difoto obyek jangan membelakangi cahaya utama karena dikuatirkan hasil fotonya akan gelap/kontras atau istilah jaman dulunya 'terbakar'.

Tapi itu dulu. Karena saat sekarang justru 'foto yang aneh-aneh pembuatannya'lah yang (katanya) bernilai jual tinggi & diburu kolektor fanatik. Kadang saya sampai geleng kepala dengar berita sebuah foto atau lukisan atau lukisan foto atau foto yang dibuat menyerupai lukisan laku dibeli kolektor hingga ratusan bahkan milyaran rupiah dalam sebuah acara lelang atau pameran. Lalu timbul hasrat ingin belajar dan mendalami secara serius tentang dunia Photography karena tergiur nilai jualnya yang tinggi tersebut. Tapi namanya manusia, bisanya cuma berandai-andai, hasrat sesaat itu pun menguap ditelan waktu.

Nah, artikel saya kali ini bukan ingin membahas masalah nilai jual yang selangit atau teknik pemotretan yang jelimet. Lebih pada berbagi pengalaman memotret dengan camera biasa (digital, handphone, smartphone, dll) dengan hasil lumayan bagus setelah sedikit diedit menggunakan aplikasi edit bawaan handphone atau smartphone tersebut. Tahu sendiri, gadged sekarang selain harganya relatif terjangkau, resolusi kameranya semakin okay, aplikasi pengeditannya juga canggih dalam memanjakan penggunanya untuk sekedar berfoto selfie atau memotret objek tertentu dengan hasil tak kalah dengan foto hasil jepretan fotografer profesional. Dan nilai jual tertingginya tentu pada kepuasan batin manakala hasil fotonya (ala) mereka yang sudah punya nama besar seperti Maestro Om Darwis Triadi, Jack Soeharso, dll, amiiin. Setelah itu kita gatel ingin share ke media sosial yang kita punya dengan harapan mendapat input positif dari teman-teman yang koment. Itu manusiawi, mengingat perubahan gaya hidup instan yang kita anut sekarang.

Dan berikut ini beberapa pengalaman saya memotret menggunakan kamera hape (lebih tepatnya tablet 10 inc) berpixel rendah merk terkenal keluaran 2 tahun lalu. Tapi dengan rajin mengunjungi Play Store dari Google dan mengunduhnya (ambil aplikasi edit yang gratisan saja), lalu utak-atik sedikit, hasil foto-fotonya lumayan bagus kok? Setidaknya bagus untuk kelas kebanyakan seperti saya, hehehe...

Sistem pengeditan yang paling sederhana yaitu:

1. Permainan Cahaya

- Brightness, contrast, saturation, warmth, sharpness, dll...teknik ini berguna agar cahaya pada foto asli menjadi lebih terang, jelas, lebih nyata/kontras, sesuai yang kita inginkan. Tentu harus dilakukan dengan jeli agar hasil akhir fotonya pas, jika tidak, malah akan menjadi aneh.

2. Permainan Effects

- Original, clyde, avenue, lucky, arizona, dll...teknik ini menghasilkan foto-foto dengan warna tidak biasa seperti lebih kebiru-biruan, kemerah-merahan, kehijau-hijauan, hitam putih, atau seperti bayangan diklise film. Sebaiknya sebelum mengambil sistem effek ini alangkah baiknya atur dulu pencahayaannya. Sehingga hasilnya lebih maksimal.

3. Sistem Enhance

- Ada beberapa pilihan disini agar hasil foto asli menjadi lebih baik seperti: Hi-Def (super kontras), Illuminate (cerah secara keseluruhan), atau Color Fix (hasil foto lebih soft/halus)

4. Sistem Crop

- Crop yang dimaksud bisa berupa menimpa/menggabungkan 1 atau 2 wajah lain kedalam foto asli atau memperkecil ukuran foto atau mengambil salah satu bagian foto saja dan membuang yang lain untuk dicetak/disimpan dimemory hape. Teknik menggabungkan wajah satu dengan wajah lainnya sekarang banyak digunakan karena selain bisa mensiasati kekurangan wajah asli tentu juga agar mirip dengan wajah orang yang fotonya dipakai untuk meng-crop.

5. Sistem Sticker

- Tempel sticker difoto sekarang sedang sangat terkenal. Berbagai aplikasi sosmed berlomba-lomba menawarkan sticker-sticker canggih untuk meraih jumlah pemakai medsos tersebut. Kumis palsu, rambut palsu, baju palsu, dll assesories tambahan tujuannya hanya untuk menambah penampilan difoto makin berbeda dan meyakinkan. Cara ini juga sudah dipakai studio photo komersil untuk jenis foto lamaran kerja. Daripada ribet mesti ganti stelan jas, mending ambil sticker jas yang ada dan dipasangkan disana. Tentunya harus hati-hati agar badan dan kepala match sehingga hasilnya sesuai.

6. Sistem Frame & Text

- Foto tanpa frame memang ibarat layang-layang tanpa gagang. Jika tanpa frame memasang foto didinding juga kurang mantap dilihat. Apalagi jika itu foto resmi hasil wisuda, resepsi, atau moment bersama pejabat yang ada keterangan text dibawahnya. Jadi kebetadaan frame/figura sangat dibutuhkan. Tapi frame yang dimaksud disini adalah frame instan tambahan yang menempel difoto dengan model lucu dan aneh-aneh seperti sticker cartoon, dll. Tujuannya agar tampilan foto makin yahud. Apalagi jika ditambah text-text lucu hasil pikiran sendiri. Tentu yang lihat akan tertawa.

7. Focus & Flip

- Jika foto diri yang dihàsilkan kurang fokus dan arahnya tidak sesuai, fokus dan sesuaikan menggunakan sistem ini. Bagian mana yang ingin difokuskan untuk lebih terlihat nyata juga harus dipikirkan. Matanya saja, bibirnya saja, atau wajah keseluruhan. Arah berdiri juga bisa dirubah, menghadap kanan, kiri, atau putar 90º jadi terbalik, semua bisa dilakukan.

8. Mirror & Blemish

- Sistem ini menekankan pada hasil foto yang terlihat kembar seperti sedang bercermin. Padahal kenyataannya Anda foto sendiri. Sementara Blemish berguna untuk menghaluskan dan memutihkan kulit, menghilangkan komedo, jerawat atau bintik hitam lainnya. Sehingga hasil akhir fotonya seperti habis mandi, putih bersih, berembun dan bersinar.

9. Papper Art

- Ini sistem yang menghasilkan foto seperti tercetak dilembaran-lembaran kertas unik srperti kertas koran, remasan kertas bungkus kacang, tembok yang kasar, serutan kayu, daun, atau seperti dikanfas, dll. Effect tambahan lainnya misalkan kobaran api, lukisan anak kecil, cat air, comic, dll. Dulu sistem ini sering terlihat dipameran lukisan karena merupakan penemuan baru, tetapi sekarang Anda bisa mendapatkannya dengan gratis di Google Store.

10. Sistem Background

- Sistem ìni memungkinkan foto Anda berganti latar belakang. Dan background  yang ditawarkan biasanya meliputi pemandangan alam dari negara-negara didunia, gedung pencakar langit, serta tempat-tempat ikonic lainnya. Cara memindahkannya agak susah-susah gampang karena ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Seperti mengkrop object, mengambil gambar tema, menempatkannya sedemikian rupa agar terkesan alami dan asli tidak sekedar tempelan belaka. Dari proses tersebut bagian tersulit adalah mengkrop object foto yang ingin dipindah. Harus ekstra hati-hati karena butuh kehalusan usapan tangan.

11. Video Photo

- Video Photo sekarang sedang digandrungi oleh pemakai Youtube, Instagram, Facebook & Twitter. Cara pembuatannya yang mudah membuat sistem ini disukai banyak orang. Tinggal pilih foto digaleri, susun sesuai kebutuhan, beri sentuhan musik dari daftar lagu yang Anda punya, teks, dan fisual effec lain termasuk sticker, jadilah sebuah video yang diambil dari foto-foto Anda digaleri. Jika tidak puas menikmati sendiri, share video foto Anda ke medsos seperti tersebut diatas.

Demikian aplikasi-aplikasi mahal yang bisa didapat dengan harga super murah dengan hanya mendownloadnya. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjaga kreatifitas kita tetap terjaga dengan baik. Karena yang instan-instan belum tentu murahan. Buktinya foto-foto saya diatas banyak mendapat 'like' di My Instagram @pitoyoyopieth013. So, yuk, berkreatifitas tanpa batas & pamerkan hasil karyamu dimana sajaaa...!!!


Posted via Blogaway

2014/12/20

LEZATNYA SAMBAL-SAMBAL (LANGKA) NUSANTARA

Ilustrasi: Sambal Belacan Jeruk Nipis
Ilustrasi Cabai rawit merah/putih sebagai bahan dasar Sambal Gobed
Ilustrasi: Sambal Kampung
Ilustrasi: Sambal Terasi Cabai Kering
Ilustrasi: Sambal Celurit (lombok & tomat ijo)
Ilustrasi: Sambal Mentah Bawang Merah
Ilustrasi: Sambal Teri Mentah

Hello, Guys?

Lama tidak merilis tulisan baru (karena kesibukkan & buntunya ide" baru), artikel saya kali ini ingin membahas tentang SAMBAL INDONESIA! Wah, tentu Ibu-ibu, Bapak-bapak, dan seluruh 'pecinta rasa pedas' langsung merapat nih, mendengar kuliner 'asli Indonesia' yang satu ini.

Ya, sambal, siapa si yang tidak mengenal makanan pendamping ini? Dari tampilannya, rasanya, pasti bikin lidah 'kemlecer' karena sangat menggugah selera. Sering dipakai untuk lalapan membuat sambal sangat terkenal. Dan jika tidak ada dia, makan menjadi terasa hambar karena tidak ada yang meletup-letup pedas di lidah.

Tapi tahukah Anda, ternyata sambal tidak melulu hanya seperti yang kita kenal selama ini seperti 'sambal belacan/terasi' atau 'sambal lombok ijo' dengan campuran standar berupa cabai, bawang merah, bawang putih, lalu diuleg dan dimasak dengan gula garam. Jika Anda berkeliling daerah di Indonesia, Anda akan terkejut, betapa beragamnya sambal yang ada di Nusantara dengan campuran yang hampir-hampir sama tetapi mempunyai cita rasa yang berbeda-beda. Saking langkanya (lebih tepatnya 'kurang terkenal'), telinga terasa aneh waktu mendengarnya. Nah, untuk kali ini, mengingat domisili saya sekarang sedang ditanah Melayu, lebih tepatnya dikepulauan Riau, saya akan membahas tentang beberapa sambal yang beredar disini ditambah dengan sambal-sambal yang sudah saya kenal sebelumnya. Jelang Hari Ibu tanggal 22 besok, yuk, ngulek...???

1. SAMBAL BELIBIS (Sambal Teri Mentah)

Sambal spesial ini baru-baru ini saja saya kenal. Awalnya sempat terkejut melihat campurannya yang berupa teri mentah (masyarakat Pulau Karimun menyebutnya 'belibis'), tapi begitu tahu rasanya, wah, ternyata super enak dan gurih, bikin ketagihan untuk terus melahapnya. Pembuatnya seorang perempuan China dari Tarakan Kalimantan yang merantau ketanah Melayu. Jadi asal muasal sambal ini bisa jadi dari kampung halaman dia (pengakuannya).

Bahan-bahan :
10 cabai rawit hijau, 1 siung bawang merah, secomot ikan teri (teri medan, belibis, dll), jeruk nipis, garam dan penyedap.

Cara Membuat : Cuci bersih semua bahan, uleg hingga halus, beri garam dan penyedap sesuai selera, lalu siram dengan perasan jeruk nipis dan aduk rata. Siap disajikan untuk lalapan daun kemangi, kol, timun, dll. (Lebih enak jika agak asin untuk melawan rasa kecut dari air jeruknya)

2. SAMBAL MENTAH BAWANG MERAH

Pembuatnya seorang gadis perantauan dari Kuningan-Jawa Barat. Dia sangat demen dengan sambal buatannya tersebut yang ternyata setelah saya cicipin alamaaak...super lezat!

Bahan: 6 cabai rawit pedas, 1 siung bawang merah, jeruk nipis, garam & penyedap.

Cara Membuat: Cuci bersih semua bahan, uleg jangan terlalu halus, beri garam dan penyedap sesuai selera, siram dengan air jeruk nipis, aduk rata, dan sajikan. Cocok untuk segala jenis lalapan termasuk kecipir mentah.

3. SAMBAL CELURIT (Sambal Lombok & Tomat Ijo)

Bahan: 10 cabai hijau, 7 cabai rawit, 1 buah tomat hijau, 2 siung bawang putih, 1 siung bawang merah, minyak sayur, garam, gula & penyedap.

Cara Membuat: Cuci bersih semua bahan (kecuali tomat), blender hingga halus. Panaskan minyak, tumis setengah masak (diusahakan warna hijaunya tidak berubah), beri garam, gula, penyedap sesuai selera. Tomat hijau diiris-iris tipis, masukkan, panaskan lagi sebentar lalu angkat dan sajikan. Lebih banyak minyak lebih terasa nikmat. Cocok disajikan untuk bebek goreng, ayam goreng, ditambah lalapan.

4. SAMBAL TERASI CABAI KERING

Cabai kering menjadi alternatif pilihan membuat sambal disaat harga cabai basah melambung tinggi dipasaran. Hasilnya selain tampilan merahnya lebih memikat, rasanya juga enak. Beberapa rumah makan melayu disini menyediakan sambal ini sebagai pilihan utama.

Bahan: 1 ons cabai merah kering, 2 buah tomat besar, 2 ruas jari terasi bakar, 4 bawang putih, 3 bawang merah, minyak sayur, gula, garam & penyedap.

Cara Membuat: Cabai, tomat, bawang putih, bawang merah, direbus hingga mendidih, tiriskan, uleg hingga halus dengan terasi bakar. Tumis dengan minyak panas, taburkan garam, gula, penyedap sesuai selera ( di Melayu dominan rasa manis asin), dan sajikan. Cocok dimakan dengan tahu & tempe goreng, rebusan daun singkong, atau jengkol muda. Rasanya bikin ketagihan deh...?

5. SAMBAL KAMPUNG

Sambal ini sering saya buat sendiri karena mudahnya. Resep dari Nenek turun ke Ibu, lalu ke anak. Biarpun saya laki-laki, tapi karena pecinta sambal, maka saya tak ragu membuat sambal sendiri hanya untuk kepuasan memakannya. Apalagi jika terdesak dirumah tidak ada lauk apa-apa, sambal ini kerap jadi menu utamanya.

Bahan: 5 cabai rawit, 1siung bawang putih, garam, penyedap, minyak jelantah.

Cara Membuat: Uleg cabai dan bawang, beri sedikit garam dan penyedap, lalu siram dengan minyak jelantah panas. Siap disajikan dengan mendoan (tempe tipis dibalur tepung yang digoreng setengah matang) dan kerupuk. Wadaaaw...lezat luar biasa! Aroma gosong cabai & bawangnya sangat menggugah selera. Gurih melotot deh...!

6. SAMBAL GOBED (Sambal Koseh)

Sambal ini pernah ditiru pembuatannya oleh teman-teman Facebook saya setelah saya share. Nama Gobed diambil dari nama pisau besar yang sangat tajam (Gobed dalam bahasa Jawa). Jadi rasa pedas sambal ini dianalogikan seperti tajamnya pisau pemotong daging tersebut.

Bahan: 10 cabai rawit merah & putih, 1 siung bawang putih, 1 siung bawang merah, tomat, minyak jelantah, garam & penyedap.

Cara Membuat: Uleg kasar cabai, bawang dan tomat, beri sedikit garam dan penyedap, lalu siram dengan minyak jelantah bekas ayam goreng yang masih mendidih. Sajikan dengan ayam/lele goreng, tempe/tahu goreng, dan lalapan mentah. Dijamin kelezatannya rela membuat Anda bolak bolak balik masuk wece, begitu teman-teman saya bilang, hehehe...kosah-koseh wece!

7. SAMBAL BELACAN JERUK NIPIS

Varian sambal ini jarang dibuat karena menggunakan terasi mentah. Walaupun rasanya enak tapi orang masih berfikir negatif tentang memakan terasi mentah. Padahal terasi mentah sendiri sebenarnya sudah melalui proses pembakaran dalam pembuatannya. Jadi mungkin takut masih amis. Untuk itulah dikasih jeruk nipis sebagai penetralnya.

Bahan: 10 cabai rawit merah, 1 siung bawang merah, setengah ruas jari terasi/blacan, 1 buah tomat (kecil), 1 buah jeruk nipis (kecil), garam & penyedap.

Cara Membuat: Uleg halus cabai, bawang, dan terasi. Iris tomat kecil-kecil lalu uleg kasar. Jeruk nipis dipotong 4, masukkan sama kulit-kulitnya, lalu uleg kasar. Beri garam dan penyedap sesuai selera. Sambal siap disajikan dengan nasi panas tabur bawang goreng dan lauk yang lain. Cocok juga untuk ikan bakar. Selamat mencoba!

Demikian berbagai Varian Sambal Nusantara telah saya sajikan untuk memanjakan rasa puas kuliner Anda, semoga bermanfaat dan menambah ilmu kita tentang cara membuat sambal. Sengaja saya ambil beberapa sambal yang kurang dikenal dimasyarakat agar kita mengetahui ada berbagai macam sambal yang layak konsumsi dengan cita rasa luar biasa yang tersebar dipelosok negeri. Nenek kita, Emak kita, Oci-oci dan Ibu
-ibu kita didaerah terima kasih luar biasa atas warisan luhur kuliner pedas ini. Semoga kita yang muda-muda bisa terus menjaganya.


20 Desember 2014

(Selamat Hari Ibu 22-12-2014 Besok)
         
           


Posted via Blogaway

2014/10/24

HIGHLY ATTRACTED HIJABER'S / KESENGSEM HIJABER'S

Dian Pelangi : Fashion Designer Indonesia
Evie Mona & She's Gangs
Erika Silviani : Ibu RT, Online Shoper's, Jakarta
Evie Mona : Model, Yogyakarta
Arina Herdiansyah : Karyawati, Semarang

Kesengsem para pemakai hijab, begitu kira-kira judul artikel diatas menurut interpretasi saya. Habis susah mencari arti "kesengsem" dikamus Bahasa Inggris. Dan orang yang berhijab biasanya mereka sudah sangat sadar dan tahu arti dari apa yang dipakainya tersebut. Ini berkenaan dengan panggilan jiwa yang disebut hidayah dimana berhijab itu merupakan kewajiban perempuan muslimah dan sudah diatur dalam kitab suci Al-Quran. Tapi memang belum semua perempuan muslim berhijab karena untuk memakainya secara permanen dibutuhkan adanya kesadaran diri dan komitmen kuat ditambah adanya moment tertentu, peristiwa batin yang menyadarkan diri secara rohani yang disebut hidayah. Dan hidayah itu datangnya hanya dari Allah SWT. Tapi saya tidak akan membahas hijab berkaitan degan agama dan spiritualitas seseorang, melainkan hijab dari sudut fashion saja. Dan hijab sekarang sudah sangat berkembang pesat dalam tampilannya baik dari segi model, warna, corak, juga cara pemakaian kerudungnya yang sudah sangat berubah. Tidak seperti jaman emak kita dulu yang serba sederhana dan monoton. Tapi justru kepada emak-emak kita itulah seharusnya penghargaan tertinggi diberikan. Berkat songkok/jilbab sederhana mereka sekarang menjadi trend fashion yang begitu menginspirasi banyak orang. Saya ingat betul, bagaimana Emak saya jika dirumah dengan dasternya yang sederhana tiap keluar rumah selalu tidak lupa memakai songkok rajut hasil beli dipasar tradisional. Atau kalau lagi kepepet, taplak meja pun bisa berubah menjadi jilbab cukup bermodal peniti saja, hehehe...

Ngomongin "hijaber's", berikut beberapa orang yang cara pemakaian hijabnya sangat  mempengaruhi perempuan muslimah lain untuk meniru gaya busananya. Sebut saja Dian Pelangi, Fashion Designer kenamaan Indonesia ini begitu terkenal dengan karya hijabnya yang penuh warna seperti namanya. Warna-warna cerah yang bertabrakan pemakaiannya, belum lagi modelnya yang up-to date, ternyata begitu indah dilihat mata yang memandang. Ditambah lagi latar belakang fotonya yang selalu mengambil tempat-tempat historis menjadikan hijab yang dikenakannya terlihat elegan & mewah. Tidak salah jika Dian Pelangi menjadi 'trend setter' terdepan dalam berhijab. Dan Full Colour adalah konsepnya.

Saya juga mempunyai seorang teman SMP yang dari jaman remaja hingga sekarang konsisten dengan profesinya sebagai model. Bedanya jika dulu fashion untuk berbagai model baju glamour seksi, sekarang dengan bertambahnya usia dan statusnya sebagai seorang ibu 4 anak, beralih dan konsisten memeragakan busana hijab baik dalam acara fashion yang diikutinya atau dalam kehidupan sehari-harinya pun tetap modis berhijab. Namanya Evi Noviatun atau lebih dikenal dengan nama panggung Evi Mona (Mona diambil dari salah satu nama anaknya). Dia salah satu model terkenal di Yogyakarta. Sering membawakan karya-karya terbaru designer dari kota budaya tersebut. Dan dilihat dari busana hijab kesehariannya, sepertinya mengambil konsep yang sama seperti Dian Pelangi yaitu suka yang glamour, full colour, bertabrakan, tapi tetap terlihat elegan & trendy.

Berikutnya ada Erika Silviani dari Jakarta. Walaupun sosoknya tinggi dan langsing, tapi ibu berputra 3 ini kurang suka dengan dunia modelling. Dia lebih suka menjadi ibu rumah tangga biasa mengurus ketiga buah hatinya dengan total. Namun begitu, bukan berarti untuk urusan penampilan terabaikan? Mengambil konsep hijab konvensional, dia lebih bermain diwarna-warna terang. Model jilbabnya juga dipakai sebagian besar ibu-ibu diperkotaan yang tidak terlalu ribet pemakaiannya, dengan model klasik tapi tetap terlihat modis. "Yang penting nyaman makainya", begitu katanya. Tapi bukan berarti dia tutup mata dengan fashion keluaran terbaru. Hanya saja dia hanya akan mengikuti yang dirasanya cocok saja dengan kepribadiannya yang sedikit tomboy itu. Bagus tapi kalau tidak sesuai tentu akan dia tinggalkan.

Yang terakhir ada Arina Herdiansyah dari Semarang. Pegawai bank yang suka makan sambal ini terlihat modis dalam busana hijab kesehariannya. Mungkin sepertinya dia terinspirasi dari Dian Pelangi, cuma kurang berani main diwarna. Lingkungan kerja jelas mempengaruhi selera warna busananya hingga hampir semua koleksi hijabnya berwarna lembut seperti toska, krem, dan warna-warna campuran lainnya. Walaupun begitu kesan glamour & modis masih sangat terasa, apalagi ditambah kulitnya yang putih bersih, model hijab seperti apapun bentuknya terlihat indah melekat ditubuhnya.

Kesimpulannya, warna suatu bahan sangat mempengaruhi model suatu busana. Maksudnya sih, mau modelnya sederhana asal warnanya 'ngejreng' pasti tetap terlihat modis. Apalagi kalau pandai memadu padankan busana, ditambah sedikit assesories pendukung, wah, sempurna sudah penampilan tersebut. Begitulah Para Hijaber's mengekspresikan dirinya dengan busana-busana hijab yang menjadi pilihannya. Semoga artikel ini dapat menginspirasi muslimah lain untuk tidak takut berbusana muslimah dengan beragam model yang semakin berfariasi. Tapi ingat, jangan terjebak dan masuk pada kategori "Jilbob's" ya?

Batam, 25 Oktober 2014

(Turut berduka cita atas berpulangnya Gayatri Wailissa, pelajar berprestasi dari Ambon-Maluku yang menguasai 14 bahasa asing kemarin. Semoga amal ibadahmu diterima Allah SWT, dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberikan keikhlasan & ketabahan, amin)


Posted via Blogaway

2014/10/20

MAU CURHAT, SINI SAMA OM...?

Lagi-lagi saya dapat cerita ini dari sebuah cafe. Tempat orang-orang menghabiskan waktu santainya dengan makan-makan atau sekedar minum-minum sambil bersosialisasi dengan teman, pacar, atau sejawatnya. Dan sebenarnya orang datang ke cafe itu untuk happy-happy, melepas penat & refreshing setelah seharian sibuk dengan pekerjaan. Tapi justru ditempat seperti inilah sebenarnya muara berbagai macam problema hidup menemukan eksistensinya. Dari ratusan pengunjung yang datang silih berganti mereka membawa masalahnya sendiri-sendiri untuk kemudian disharingkan dengan teman, pacar, sahabat,  atau orang-orang yang mereka anggap bisa dipercaya untuk menyimpan rahasia cerita hidup mereka. Perkara nanti menemukan solusinya atau tidak, itu urusan belakangan. Yang penting uneg-uneg dulu dikeluarin biar hati jadi plong.

Tommy Pras, awalnya saya kenal sebagai pengunjung cafe yang rutin datang untuk sekedar minum-minum bersama 2 rekan karibnya. Mereka selalu mengambil tempat duduk yang sama disudut kiri depan dekat kasir dimana lampu menyala terang benderang. Fisiknya yang khas dengan rambut cepak agak memutih, kulit putih bersih, mata agak sipit, perut sedikit buncit, serta senyumnya yang ramah, jadi penanda siapa dirinya. Suaranya yang lembut tapi tegas menandakan jika dia sudah cukup makan asam garam kehidupan. Tiap kata-katanya terdengar bijaksana walaupun itu sekedar sapaan basa basi. Dan yang menjadi trade mark penampilannya dia selalu mengenakan kemeja motif garis-garis atau kotak-kotak. Mungkin sesuai dengan jiwanya yang pandai mengkotakkan masalah pada takaran porsinya. Kelebihan satu lagi yang dimiliki pria berumur 55 tahun ini, ternyata dia pandai meramal! Woow, kereeen...! Pembawaannya yang kalem dan bijak itulah yang membuat orang suka ngobrol lama-lama dengannya. Apalagi cewek-cewek SPG & Waitress mereka seringkali curhat, minta diramal, dicarikan solusi tentang masa depan hidup dan asmaranya. Saya sendiri yang baru beberapa kali datang ke cafe ini sudah cukup akrab dan merasa nyaman tiap diajaknya bicara.

Sore ini, Om Tom (orang-orang biasa memanggilnya begitu) datang lebih awal dari biasanya dan seorang diri. Ketika ditanya mana 2 teman karibnya dia bilang sedang ada kerjaan di Singapura. Batam - Singapura jaraknya memang cukup dekat, dan Om Tom cs adalah seorang businessman, jadi saya percaya saja. "Yuk, kemeja saya?", kata Om Tom. Saya bertanya untuk apa. Lalu dia mengangkat pulpen & gadgednya. Ow, rupanya Om Tom mau meramal saya. Agak ragu saya mengikuti langkahnya kemeja kebesarannya tersebut. "Tapi jangan asmara ya, Om, karier saja," kataku mulai ngeri dengar yang namanya 'ramalan'. "Semuanya...", jawab Om Tom sambil mengulum senyum. Saya duduk tepat dihadapannya. Om Tom membuka tabletnya dan memilih aplikasi bertuliskan huruf mandarin, lalu muncullah gambar (seperti bulatan anagram) dengan garis-garis dan kotak-kotak acak. Dia meminta bulan, tahun, dan tanggal lahir saya. Setelah itu dia mencoret-coretkan pulpennya diselembar sobekan kertas sambil menghitung-hitung. Gerakkannya sangat cepat hingga susah diikuti cara perhitungannya. Tidak berapa lama keluar hasilnya. Deretan angka acak antara 3-7 yang katanya angka kecil. Intinya, katanya saya type orang yang setia, royal, suka mengatur, tapi tidak bisa menyimpan uang dalam jumlah banyak dalam waktu lama. Ow! Saya jadi mikir, ada benarnya juga sih? Dan solusinya, saya disuruh mengekang nafsu belanja saya, buang kartu kredit, hidup irit, dan ganti simpanan bank saya menjadi yang tidak pakai kartu ATM, alias buku tabungan saja. Hhmmm...

Saya tidak bisa menanyakan lebih lanjut perihal ramalan saya, karena seorang SPG (minuman keras) tanpa baju seragamnya mendatangi kami dengan muka pucat seperti kurang tidur. Saya agak terkejut manakala tahu cewek itu adalah Sofie mengingat wajahnya yang polos tanpa riasan. Dia menaruh tas dan sepatu high-heelsnya dikursi, lalu mengambil sebatang rokok milikku yang saya taruh diatas meja dan menyalakannya.

     "Om, aku baru berantem sama lakiku. Aku minta dicerai saja daripada kerja ngidupin dia tapi dianya malah selingkuh! Kimak emang tu orang...!" Om Tommy  senyum-senyum mendengarkan curahan hati emosional perempuan beranak satu itu.

     "Umur kamu berapa sekarang, umur suamimu berapa?", "Aku 31, lakiku 27". "Terus anak kamu anak siapa?", Sofie mikir sebelum menjawab, "Itu anakku, dari suami pertama, ngambil dari orang sich, tapi udah sidang, jadi udah sah". Om Tommy menyuruh Sofie untuk merem sambil menghirup & mengeluarkan nafasnya dengan pelan 3 kali. Dia tidak membuka bulatan anagramnya, melainkan memegang telapak tangan kanan Sofie.

     "Kamu yang 7 tahun nikah tanpa anak itu kan, ya? Hmmm, kalian sama aja. Dia suami kedua buat kamu, sementara kamu juga istri kedua buat dia. Sebentar, jangan disela, biarkan saya menjelaskan. Dia tidak selingkuh, tapi kembali keistri pertamanya. Istri pertamanya sekarang sukses dan ingin kembali karena anak. Mereka belum resmi cerai, hanya pisah saja. Tapi sepertinya dia nggak mau cerai dari kamu."

     "Ya, iyalah...mau numpang makan kesiapa dia kalau cerai dari aku!"
    
     "Makanya jangan cari brondong, kamu sih, demennya sama brondong aja?" Selaku dan dibalas Sofie dengan senyuman getir.

     "Jadi gimana solusinya ni, Om?" Kata Sofie

     Om Tom mencatat sesuatu dikertas sisa ramalanku.

     "Jaga sikap, ngomong baik-baik, cari titik temunya dimana lalu buat kesepakatan baru. Siapa yang melanggar tanggung sendiri konsekuensinya. Sudah saatnya cari yang matang dan berpenghasilan tetap. Jangan turuti ego untuk ngejar kepuasan saja. Tapi masa depan hubungan itu yang utama. Apalagi kamu ada anak."

     Sofie merenung lama sambil tak henti-hentinya mengepulkan asap rokok. Akhirnya dia mengambil rokok ketigaku sebelum buru-buru pergi ketoilet untuk berganti seragam kerja. Dan muncul lagi seperti Sofie yang saya kenal, yang cantik, lincah, dengan mata berbinar karena softlense dan bulu mata lentik palsunya. Bibirnya yang merekah seprofokatif rok mini jeans yang dipakainya. Dia kembali kemeja kami sambil merangkul pundak Om Tom. "Makasih ya, Om." Lalu  berlalu pergi untuk menemani tamu-tamunya yang menjelang malam semakin banyak berdatangan. Om Tom menutup anagramnya dan menyeruput jus melon yang tadi dipesannya. Dia menatap saya sambil mengangkat pundak dan tangannya. "Iseng-iseng aja, buat senang-senang, daripada suntuk." Katanya perihal keahliannya membaca telapak tangan dan anagram. Saat saya tanya kenapa tidak membuka praktek saja dia menggeleng cepat. "Oh, tidak, saya tidak yang seperti itu. Ini bukan bawaan, tapi hasil dari belajar otodidak. Kerjaan saya sudah cukup menyita waktu saya."

Dan rupanya menjadi tempat curhat cewek-cewek cantik & seksi punya keasikan tersendiri bagi Om Tom. Dia merasa jiwanya selalu ceria, muda, dan bahagia. Perkara solusinya berpengaruh baik atau buruk bagi si pencurhat, dia tak perduli. Karena menurutnya, orang-orang yang curhat kepadanya sebenarnya sudah tahu dan punya solusi sendiri dari problema hidupnya masing-masing, hanya saja mereka butuh penguatan lebih dari seseorang yang mau mendengar curhatan tersebut. Dan Om Tom berdiri tepat disitu sebagai penopangnya. Goodluck, Om Tom...!

Batam, 19 Oktober 2014
(Disela-sela nonton kirab rakyat dipelantikan Presiden ke-7 RI Jokowi & JK. Congrats ya, Pak?



Posted via Blogaway

2014/10/18

2014/10/11

Tribute To UTHA LIKUMAHUA "Untuk Apa Lagi"

"UNTUK APA LAGI" mp4: http://youtu.be/bYq-4Vx-2jA.
Lagu ini pernah saya nyanyikan diajang Bahana Suara Pelajar 1 (BSP) tahun 1993. Saat itu saya masih berstatus pelajar kelas 3 SMP Negeri 1 Purbalingga, Jawa Tengah. Saya mewakili Kabupaten Purbalingga untuk mengikuti ajang yang sama tingkat propinsi di Semarang, setelah berhasil menjadi juara 1 tingkat pelajar sekabupaten. Jadi jelas lagu ini sangat berkesan bagi saya karena kenangan lama tersebut. Kenangan masa sekolah yang sangat langka & membahagiakan karena untuk lolos diajang lomba nyanyi yang digagas Mbak Siti Hardianti Rukmana (Putri Presiden Soeharto) melalui program acara televisinya / Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang saat itu baru mengudara, tidaklah mudah dan prestisius bagi pelajar seluruh Indonesia. Saya 2 kali lolos ketingkat propinsi pada tahun 1993 & 1994. Walau dikedua ajang tersebut saya kalah, tapi saya tidaklah kecewa. Justru ajang itu menjadi pengalaman berharga untuk mengasah tekhnik vokal menjadi lebih baik lagi. Terbukti, setelah mengikuti ajang itu, undangan nyanyi berdatangan dari berbagai instansi. 3 tahun berturut-turut saya rutin mengisi acara dipendopo Kabupaten Purbalingga, nyanyi didepan Bapak Bupati & pejabat terkait. Diundang nyanyi diacara-acara sekolah, bazar, ultah, bahkan rumah makan "Pring Sewu" Purwokerto jadi langganan. Restoran yang terletak dikaki Gunung Slamet  tepatnya dikomplek wisata Baturaden itu rutin mengundang saya untuk pentas disana. Wah, pokoknya saat itu saya pernah mencicipi sibuknya jadi artis lokal deh, hehehe...

Oh, iya...jika kembali mengingat jaman itu, saya jadi ingat penyanyi ROSSA & NIA PARAMITHA. Mereka jebolan ajang yang sama dengan saya. Bedanya, mereka mewakili propinsi mereka dan menjadi pemenang tingkat nasional di Jakarta. Lalu dikontrak label terkenal dan hokinya bagus, jadi bisa sukses meraih mimpinya untuk rekaman di Jakarta. Kalau saya mah, jauh panggang dari api, terkenal sebentar dikota sendiri sudah anugerah tak terhingga rasanya. Tapi ada satu keuntungan yang tak terbantahkan, saya menjadi punya banyak teman disetiap kabupaten se-Jawa Tengah. Daniel Christianto mewakili Solo, Bambang Widjanarko mewakili Semarang, Gunawan Setyadi dari Kebumen, Mentari Legawati dari Purworejo, Rini Tomboy dari Blora, Happy Rusdiawati dari Klaten, Ignatius  Dwi Rahardjo dari, ah...saya sampai lupa menyebut satu-persatu asal daerahnya. Mereka adalah teman seperjuangan diajang itu dan sama-sama dikarantina selama seminggu disebuah hotel dekat Simpang 5 Semarang (lupa, ih, nama hotelnya), dan sempat lama menjadi sahabat pena juga, kita kirim-kiriman kabar lewat surat atau kartu post, hehehe...maklum jaman itu belum ada hape apalagi sosmed seperti sekarang. Entah bagaimana kabar mereka sekarang. Satu-satunya teman yang sempat ketemu di facebook cuma Mentari Legawati yang sekarang menetap di Cilegon-Jawa Barat mengikuti suaminya dan sudah mempunyai 2 anak manis. Bahkan Rini Puspita Arum teman duet berasal dari daerah yang sama denganku pun kehilangan jejaknya hingga sekarang. Penyebabnya karena setelah lulus SMA saya memutuskan untuk merantau ke Jakarta dan kuliah disana. Tapi dari kabar angin yang saya de gar, dia menikah dengan penyiar radio bernama Alfin yang tak lain sahabat saya sendiri. Selamat deh, buat kalian berdua.

Kembali kesosok Utha Likumahua beliau merupakan salah satu penyanyi papan atas dieranya. Lagu-lagunya yang dinamis seperti "Puncak Asmara" & "Untuk Apa Lagi" serta duet abadinya dengan Trie Utami dilagu "Mungkinkah Terjadi" adalah beberapa lagunya yang pernah sangat hit diera 80-90 an. Suaranya yang khas ditambah nada-nada lagunya yang sulit ditirukan sangat cocok bila dipilih sebagai lagu wajib pria diajang lomba nyanyi. Untungnya buat saya tiap nyanyi lagu beliau kunci nadanya selalu sama, tidak diturunkan atau dinaikkan. Jadi memang sangat pas dengan karakter suara saya. Dan beberapa bulan lalu kebetulan saya diajak teman kesebuah tempat karaoke keluarga setelah sekian lamanya tidak menyanyi. Saking exited saya nyanyikan beberapa lagu lama favorit saya dulu. Salah satunya milik Bung Utha yaitu Untuk Apa Lagi ini. Eh, ternyata dibagian reffrain suara saya masih kuat menjangkau nada tinggi itu. Cuma bedanya, dulu lengkingan suara saya disertai fibra sehingga kedengarannya menggelegar gitu. Tapi sekarang boro-boro punya fibra, asal tidak fals saja sudah untung, hehehe...

Demikian rasa bangga saya pada sosok legendaris Utha Likumahua yang lagu-lagunya cukup enak didengar telinga kendati susah untuk diikuti. Kini Engkau telah pergi, berpulang kepangkuan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tapi sosok & lagu-lagumu tetap dihati. Selamat jalan Sang Maestro, smoga Tuhan menerima semua amal baikmu selama didunia dan memaafkan segala kesalahanmu. Amiiin...

Batam, 12 September 2014
Penulis : Pitoyo Yopieth


Posted via Blogaway