2014/10/20

MAU CURHAT, SINI SAMA OM...?

Lagi-lagi saya dapat cerita ini dari sebuah cafe. Tempat orang-orang menghabiskan waktu santainya dengan makan-makan atau sekedar minum-minum sambil bersosialisasi dengan teman, pacar, atau sejawatnya. Dan sebenarnya orang datang ke cafe itu untuk happy-happy, melepas penat & refreshing setelah seharian sibuk dengan pekerjaan. Tapi justru ditempat seperti inilah sebenarnya muara berbagai macam problema hidup menemukan eksistensinya. Dari ratusan pengunjung yang datang silih berganti mereka membawa masalahnya sendiri-sendiri untuk kemudian disharingkan dengan teman, pacar, sahabat,  atau orang-orang yang mereka anggap bisa dipercaya untuk menyimpan rahasia cerita hidup mereka. Perkara nanti menemukan solusinya atau tidak, itu urusan belakangan. Yang penting uneg-uneg dulu dikeluarin biar hati jadi plong.

Tommy Pras, awalnya saya kenal sebagai pengunjung cafe yang rutin datang untuk sekedar minum-minum bersama 2 rekan karibnya. Mereka selalu mengambil tempat duduk yang sama disudut kiri depan dekat kasir dimana lampu menyala terang benderang. Fisiknya yang khas dengan rambut cepak agak memutih, kulit putih bersih, mata agak sipit, perut sedikit buncit, serta senyumnya yang ramah, jadi penanda siapa dirinya. Suaranya yang lembut tapi tegas menandakan jika dia sudah cukup makan asam garam kehidupan. Tiap kata-katanya terdengar bijaksana walaupun itu sekedar sapaan basa basi. Dan yang menjadi trade mark penampilannya dia selalu mengenakan kemeja motif garis-garis atau kotak-kotak. Mungkin sesuai dengan jiwanya yang pandai mengkotakkan masalah pada takaran porsinya. Kelebihan satu lagi yang dimiliki pria berumur 55 tahun ini, ternyata dia pandai meramal! Woow, kereeen...! Pembawaannya yang kalem dan bijak itulah yang membuat orang suka ngobrol lama-lama dengannya. Apalagi cewek-cewek SPG & Waitress mereka seringkali curhat, minta diramal, dicarikan solusi tentang masa depan hidup dan asmaranya. Saya sendiri yang baru beberapa kali datang ke cafe ini sudah cukup akrab dan merasa nyaman tiap diajaknya bicara.

Sore ini, Om Tom (orang-orang biasa memanggilnya begitu) datang lebih awal dari biasanya dan seorang diri. Ketika ditanya mana 2 teman karibnya dia bilang sedang ada kerjaan di Singapura. Batam - Singapura jaraknya memang cukup dekat, dan Om Tom cs adalah seorang businessman, jadi saya percaya saja. "Yuk, kemeja saya?", kata Om Tom. Saya bertanya untuk apa. Lalu dia mengangkat pulpen & gadgednya. Ow, rupanya Om Tom mau meramal saya. Agak ragu saya mengikuti langkahnya kemeja kebesarannya tersebut. "Tapi jangan asmara ya, Om, karier saja," kataku mulai ngeri dengar yang namanya 'ramalan'. "Semuanya...", jawab Om Tom sambil mengulum senyum. Saya duduk tepat dihadapannya. Om Tom membuka tabletnya dan memilih aplikasi bertuliskan huruf mandarin, lalu muncullah gambar (seperti bulatan anagram) dengan garis-garis dan kotak-kotak acak. Dia meminta bulan, tahun, dan tanggal lahir saya. Setelah itu dia mencoret-coretkan pulpennya diselembar sobekan kertas sambil menghitung-hitung. Gerakkannya sangat cepat hingga susah diikuti cara perhitungannya. Tidak berapa lama keluar hasilnya. Deretan angka acak antara 3-7 yang katanya angka kecil. Intinya, katanya saya type orang yang setia, royal, suka mengatur, tapi tidak bisa menyimpan uang dalam jumlah banyak dalam waktu lama. Ow! Saya jadi mikir, ada benarnya juga sih? Dan solusinya, saya disuruh mengekang nafsu belanja saya, buang kartu kredit, hidup irit, dan ganti simpanan bank saya menjadi yang tidak pakai kartu ATM, alias buku tabungan saja. Hhmmm...

Saya tidak bisa menanyakan lebih lanjut perihal ramalan saya, karena seorang SPG (minuman keras) tanpa baju seragamnya mendatangi kami dengan muka pucat seperti kurang tidur. Saya agak terkejut manakala tahu cewek itu adalah Sofie mengingat wajahnya yang polos tanpa riasan. Dia menaruh tas dan sepatu high-heelsnya dikursi, lalu mengambil sebatang rokok milikku yang saya taruh diatas meja dan menyalakannya.

     "Om, aku baru berantem sama lakiku. Aku minta dicerai saja daripada kerja ngidupin dia tapi dianya malah selingkuh! Kimak emang tu orang...!" Om Tommy  senyum-senyum mendengarkan curahan hati emosional perempuan beranak satu itu.

     "Umur kamu berapa sekarang, umur suamimu berapa?", "Aku 31, lakiku 27". "Terus anak kamu anak siapa?", Sofie mikir sebelum menjawab, "Itu anakku, dari suami pertama, ngambil dari orang sich, tapi udah sidang, jadi udah sah". Om Tommy menyuruh Sofie untuk merem sambil menghirup & mengeluarkan nafasnya dengan pelan 3 kali. Dia tidak membuka bulatan anagramnya, melainkan memegang telapak tangan kanan Sofie.

     "Kamu yang 7 tahun nikah tanpa anak itu kan, ya? Hmmm, kalian sama aja. Dia suami kedua buat kamu, sementara kamu juga istri kedua buat dia. Sebentar, jangan disela, biarkan saya menjelaskan. Dia tidak selingkuh, tapi kembali keistri pertamanya. Istri pertamanya sekarang sukses dan ingin kembali karena anak. Mereka belum resmi cerai, hanya pisah saja. Tapi sepertinya dia nggak mau cerai dari kamu."

     "Ya, iyalah...mau numpang makan kesiapa dia kalau cerai dari aku!"
    
     "Makanya jangan cari brondong, kamu sih, demennya sama brondong aja?" Selaku dan dibalas Sofie dengan senyuman getir.

     "Jadi gimana solusinya ni, Om?" Kata Sofie

     Om Tom mencatat sesuatu dikertas sisa ramalanku.

     "Jaga sikap, ngomong baik-baik, cari titik temunya dimana lalu buat kesepakatan baru. Siapa yang melanggar tanggung sendiri konsekuensinya. Sudah saatnya cari yang matang dan berpenghasilan tetap. Jangan turuti ego untuk ngejar kepuasan saja. Tapi masa depan hubungan itu yang utama. Apalagi kamu ada anak."

     Sofie merenung lama sambil tak henti-hentinya mengepulkan asap rokok. Akhirnya dia mengambil rokok ketigaku sebelum buru-buru pergi ketoilet untuk berganti seragam kerja. Dan muncul lagi seperti Sofie yang saya kenal, yang cantik, lincah, dengan mata berbinar karena softlense dan bulu mata lentik palsunya. Bibirnya yang merekah seprofokatif rok mini jeans yang dipakainya. Dia kembali kemeja kami sambil merangkul pundak Om Tom. "Makasih ya, Om." Lalu  berlalu pergi untuk menemani tamu-tamunya yang menjelang malam semakin banyak berdatangan. Om Tom menutup anagramnya dan menyeruput jus melon yang tadi dipesannya. Dia menatap saya sambil mengangkat pundak dan tangannya. "Iseng-iseng aja, buat senang-senang, daripada suntuk." Katanya perihal keahliannya membaca telapak tangan dan anagram. Saat saya tanya kenapa tidak membuka praktek saja dia menggeleng cepat. "Oh, tidak, saya tidak yang seperti itu. Ini bukan bawaan, tapi hasil dari belajar otodidak. Kerjaan saya sudah cukup menyita waktu saya."

Dan rupanya menjadi tempat curhat cewek-cewek cantik & seksi punya keasikan tersendiri bagi Om Tom. Dia merasa jiwanya selalu ceria, muda, dan bahagia. Perkara solusinya berpengaruh baik atau buruk bagi si pencurhat, dia tak perduli. Karena menurutnya, orang-orang yang curhat kepadanya sebenarnya sudah tahu dan punya solusi sendiri dari problema hidupnya masing-masing, hanya saja mereka butuh penguatan lebih dari seseorang yang mau mendengar curhatan tersebut. Dan Om Tom berdiri tepat disitu sebagai penopangnya. Goodluck, Om Tom...!

Batam, 19 Oktober 2014
(Disela-sela nonton kirab rakyat dipelantikan Presiden ke-7 RI Jokowi & JK. Congrats ya, Pak?



Posted via Blogaway

Tidak ada komentar: