2014/09/24

KISAH SELLY, WAITRESS (BUKAN) DENGAN "TANDA KUTIP"

Berawal dari ketersinggungan Security cafe pada kedatangan 4 orang Sales Promotion Girl (SPG) sebuah produk rokok dan Supervisornya (SP) kedalam cafe tanpa permisi. Rubel bukan marah langsung pada mereka (Dia tahu mereka sudah ada kerjasama dengan pengelola cafe untuk bisa berjualan dicafe), tapi setidaknya mereka punya atitude untuk sekedar menegur atau kalau terlalu berat menegur ya, mengangguk pun merupakan suatu penghargaan bagi si penjaga keamanan cafe karena merasa dihargai keberadaannya. Rubel menumpahkan curhatannya pada seorang waitress yang berjaga tak jauh dari tempatnya berdiri disamping meja yang saya dan teman saya duduki. Sementara ke-4 SPG cantik, tinggi, langsing, berpenampilan seksi tersebut langsung menyebar kesegala arah dan mulai menjajakan rokoknya dari satu meja kemeja lainnya. Sasaran mereka adalah sekumpulan brondong-brondong tajir yang sedang minum-minum dan bersosialisasi dengan sesamanya. Atau sekumpulan suami-suami tanpa istri (istilah mereka Om-om senang) yang sedang hang out bareng rekan sejawatnya. Mereka menghindari kelompok-kelompok itu jika disitu sudah ada Waitress yang sedang melayani dan menemani tamu-tamu tersebut. Mengapa demikian? Entahlah. Mungkin untuk menghindari persaingan penampilan, hehehe. Tapi sepanjang pengamatan saya, para tamu yang ditawari rokok dengan bandrol lebih mahal dari harga pasaran tersebut selalu mau merogoh koceknya untuk membeli. Dan uang kembaliannya ditampik hingga selalu kembali ketangan Si SPG (pasti tu SPG jago ngerayunya, hehehe) Disisi yang lain, Selly, salah satu waitress dengan salah satu merk minuman keras tertulis dipunggungnya tampak hilir mudik mendorong kereta berisi puluhan botol minuman jualannya kemeja yang sudah ditunjuk. Ia begitu kerepotan karena salah satu roda keretanya tampak seret jalannya. Walhasil ia harus sebentar-sebentar meluruskan arahnya. Saya tahu namanya Selly karena dia waitress yang melayani kami juga ketika kami datang tadi. Orangnya cukup ramah dan terbuka. Tidak ada basa basi genit atau tatapan menggoda dari matanya yang bersoftlense coklat itu. Hanya saja karakter suaranya lumayan lantang untuk perempuan secantik dia. Mungkin karena dia asli Medan ya? Penampilannya sendiri cukup seksi. Terusan hijau super mini tanpa lengan, dan tas mungil yang selalu diselempangkannya membuat gerak geriknya cukup lincah. Tingginya standar perempuan kebanyakan, tapi karena bodynya yang langsing dengan kulit putih bersih, membuatnya cukup mencolok dibanding waitress lainnya. Dia juga tampaknya mempunyai langganan tidak sedikit dicafe ini. Oh, iya, cafe tempat saya singgah ini lokasinya ada di Batam, disebuah jalanan sempit tapi cukup ramai tidak jauh dari Nagoya City Mall. Didaerah sini banyak cafe yang menjual minuman keras dengan kadar alkohol agak tinggi tapi masih wajar untuk dikonsumsi umum. Buktinya pihak terkait yang berkompeten menangani peredaran miras ini bergeming saja. Cafe ini sendiri cukup luas tempatnya, dengan konsep setengah terbuka dibagian atapnya, sehingga bila sewaktu-waktu hujan datang seluruh lantainya bisa kebanjiran.Dan pengunjung cafe 88 ini tidak henti-hentinya datang. Biasa, malam mingguan, tanggal muda pula, siapa sih yang tidak ingin pergi ke cafe, untuk makan atau sekedar minum-minum sambil bersosialisasi dengan teman-teman.Tapi biasanya yang memesan makanan adalah mereka yang datangnya beserta keluarga besar mereka. Anak mudanya atau bapak-bapaknya lebih banyak minum-minum saja daripada makan. Apalagi kalau sudah ditemani waitress-waitress cantik berpakaian seksi itu, wah, mereka sepertinya royal saja menghamburkan uangnya untuk membeli gengsi dan kesenangan bersama tersebut. Tepat pukul 9 malam panggung utama yang tadinya gelap mulai memanjakan tamunya dengan sorot lampu warna warninya disertai pertunjukan live music dari salah satu band asal Jakarta (terdengar dari logat & gaya bercelotehnya yang lo-gue banget) membawakan lagu-lagu dari beragam genre musik. Sebagian besarnya reques dari pengunjung. Jadi tak ayal, dari musik hip-hop, R &B, jazz, pop, dangdut hingga musik lokal dengan melayu kentalnya mereka hajar dengan fasih. Satu dua tamu diajaknya naik keatas panggung untuk berduet dengan mereka. Ada 3 vokalis utama, 1 pria 2 wanita dengan suaranya yang boleh juga lah untuk didengar saat orang sedang makan. Sesi pertama penampilan mereka sudah selesai. Jeda sebelum masuk sesi kedua diisi live karaoke oleh masing-masing tamu. Oh iya, disini setiap meja berhak mendapat satu lagu untuk dinyanyikan. Bonus itu mau diambil atau tidak itu terserah si tamu. Lalu tiba-tiba terdengar kegaduhan dari tengah ruangan. Suara dentuman benda jatuh dan pecah disertai jeritan dua perempuan cukup menyita perhatian pengunjung. Aku dan temanku yang juga penasaran ikut melihat apa yang terjadi. Rupanya Selly dan seorang SPG rokok sama-sama bersimpuh dilantai dengan tubuh penuh siraman miras. Selly tampak kesakitan karena kakinya tergores pecahan botol yang jatuh menimpanya. Sedang Si SPG hak sepatunya tampak patah satu karena menabrak/tertabrak kereta minuman Selly. Rubel datang untuk menengahi, disusul manager stand Mbak Merry dan supervisor SPG yang berlarian dari arah meja bartender . Mbak Merry minta keterangan dari kedua belah pihak, tapi karena masih emosi keduanya sama-sama tak mau disalahkan dan bertahan dengan kesaksian masing-masing. Mengingat situasi dan kondisi dan takut mengganggu kenyamanan pengunjung, semua permasalahan dianggap selesai saat itu juga dengan tidak saling menyalahkan satu sama lain. Rubel memapah Selly kebelakang cafe, sementara OB membersihkan pecahan botol miras yang berserakan dilantai. Saya pikir insiden tadi benar-benar sudah clear. Saat kami pulang dimenit pertama sesi kedua live music berlangsung, kami mendapati Selly sedang ribut-ribut dengan SPG tadi ditempat parkir. Cuma ada mereka berdua disitu. Selly menuntut ganti rugi pribadi untuk luka-luka ditubuhnya, sementara Si SPG sepertinya keberatan dan melimpahkan semua tanggunjawabnya pada SPnya. "Mbak, saya udah minta maaf loh sama Embak berkali-kali, tapi soal ganti rugi itu nanti urusan SP saya dengan manager Embak. Saya disini cuma kerja, Mbak." "Saya juga kerja! Situ gak ngerti kalo minuman pecah itu tanggung jawab waitress untuk menggantinya. Gaji saya dipotong sepihak. Kalo cuma sebotol okaylah, tapi ini yang pecah 3 botol! Habis dong uang saya! Mana uang tips juga belum dapat, baju basah, kaki luka siapa coba yang tanggung pengobatannya?! Ya saya sendiri lah! "Gini aja, Mbak, nih saya ada uang hasil jualan rokok tadi, gak seberapa, tapi itu bentuk tanggung jawab saya sama Embak. Lebih dari ini saya nggak ada lagi, Mbak. Sumpah!" Selly merebut uang itu dari tangan SPG yang tampaknya ketakutan melihat amarah perempuan Batak itu. Buktinya ia buru-buru lari meninggalkan Selly yang telah merasa menang perang. Selly tersenyum pada kami dan menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya terjadi. Ia merasa itu memang salah dia. Terburu-buru mengejar target penjualan agar mendapat komisi dan gaji sesuai yang diinginkan. Kereta yang Ia dorong tidak sengaja menabrak kaki si SPG hingga membuatnya reflek mundur dan balik badan. Tapi karena terbentur kursi-kursi langkahnya jadi tak seimbang menopang berat tubuhnya sendiri. Terlebih ia pakai high heell. Sehingga ia terjatuh tepat diatas botol-botol itu. Selly yang mencoba menahan sekuat tenaga malah ikut tertimpa badan si SPG. Tapi dasar Selly, ia tidak mau menyerah begitu saja pada keadaan. Walaupun ia waitress miras yang dituntut selalu berpakaian seksi dan bermanis-manis dalam melayani pelanggan, tapi ternyata ia adalah seorang ibu dari anak perempuan semata wayangnya yang karena kebutuhan ekonomi yang mendesak terpaksa bekerja sebagai waitress seksi dicafe setelah 2 tahun ditinggal pergi suaminya. Suaminya meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan laut. Suami yang sangat dicintainya. Kendati ia sekarang sudah punya pacar baru, tapi sepertinya ia belum sepenuhnya move on. Apalagi kekasihnya seorang brondong yang usianya terpaut jauh darinya. Untuk masa depannya kelak, ia tidak ingin asal pilih. Apalagi ia sudah memiliki anak. Cuma sampai kapan ia akan terus menunggu? Usianya sekarang sudah 32 tahun. Dan Selly menceritakan kisahnya selama dalam perjalanan dari cafe, klinik pengobatan, dan ketempat kosnya dimobil kami. Tidak mudah membujuk dia untuk ikut. Dengan satu syarat kami tak boleh melakukan apapun kecuali benar-benar murni menolong mengantarnya pulang sampai rumah. Dan kami berpegang pada janji itu. Karena Selly memang bukan jenis Waitress dengan "tanda kutip".

Batam, 25 September 2014
(Sedang musim penghujan)


Posted via Blogaway

Tidak ada komentar: